- welcome -

Selasa, 19 April 2011

JRO / JERO

Dalam Budaya Bali kita mengenal kata/sebutan JRO [JERO]. JERO bisa berarti Rumah bisa juga berarti panggilan terhadap orang yang baru kenal seperti kalimat, " Saking Napi Jerone? [Dari mana asal anda]. Jero juga bisa merupakan sebutan untuk orang dari kalangan bawah [rakyat biasa] yang menikah dengan golongan Bangsawan [darah biru].

Makna Kata JRO[JERO] yang melekat pada seseorang, sebenarnya mengacu kepada rasa hormat, menghargai, disucikan. JERO sangat dekat dengan kata JEROAN yang berarti bagian dalam pura [utama mandala]. sehingga biasanya mereka yang mengabdikan diri ditempat-tempat suci disebut JRO/JERO.

Bagaimana seseorang mengemban tugas menjadi JRO ?
  1. Pertama adalah : Ia yang memiliki kesiapan mental [bathin] untuk menjadi pelayan dipura [tempat suci]. Serve all Love All melayani semua tanpa kecuali. Orang-orang seperti ini biasanya adalah mereka yang memiliki bathin yang seimbang [mampu melihat kedalam diri"JERO"]. Manusia yang mampu melihat kedalam diri adalah manusia yang selalu memiliki sifat Satvam; Keseimbangan bathin, ketenangan, kesabaran serta bersedia menyerahkan diri secara total untuk mengabdi kepada umat dan bukan untuk memperkaya diri [sesari], apalagi hanya sebagai gagah-gagahan.
  2. Kedua, mereka harus melewati ritual penyucian "MAWINTEN" [berasal dari kata intan] yang bermakna kembali putih bersih, bening bagaikan intan. Setiap Upacara Pawintenan memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Dalam tradisi umat Hindu dibali dikenal ada Tujuh Jenis Upacara Pawintenan, Antara lain : ... PAWINTENAN SASTRA/SARASWATI, PAWINTENAN PAMANGKU, PAWINTENAN DALANG, PAWINTENAN TUKANG/SARATHI, PAWINTENAN BALIAN/DUKUN, PAWINTENAN SADEG/DASARAN, PAWINTENAN MAHAWISESA (pawintenan khusus bagi pengurus desa adat.
  3. Ketiga, adalah Berhubungan dengan spesifikasi Profesi. Dimana seseorang diwinten untuk Profesi tertentu seperti JRO MANGKU untuk yang memiliki Ageman sebagai pemangku [kuncen, Juru Kunci], JRO TUKANG/SARATHI yang memiliki kemampuan untuk membuat/mengerjakan berbagai macam bebantenan [ngaturang ayah di Pura/Grya dengan mengabdikan diri/bekerja untuk membantu sulinggih]. Tanpa kemampuan membuat banten tidak mungkin menjadi jro sarathi.

Upacara Pawintenan secara umum harus dilaksanakan/dipimpin oleh sulinggih dengan dibarengi dengan upacara pembersihan Lahir Bathin, Penglukatan, Byakala, Prayascita serta pengukuhan [padudusan, Merajah] dengan mantra-mantra weda sesuai dengan Profesi yang dijalani dalam mengabdi kepada Masyarakat [umat].


Tidak ada komentar: