‘Ada dalam keadaan’ [being] hanya bisa terjadi manakala tak ada upaya untuk ‘menjadi’ [become], apakah itu positif ataupun negatif. Hanya manakala ‘orang yang menjadi’ itu mawas-diri dan memahami keterkaitan antara duka-cita dengan kesia-siaan upaya ‘menjadi’ dan tak lagi mengerahkan kemauannya, ia bisa diam. Keinginan serta kemauannya telah surut; hanya sesudahnyalah hadir ketenteraman-hati dari kebijaksanan tertinggi.
Agar ‘menjadi’ tak-serakah adalah satu hal, dan tanpa keserakahan adalah hal lainnya; ‘menjadi’ menyiratkan suatu proses, tetapi ‘ada dalam keadaan’ tidak. Proses mengimplikasikan waktu; status ‘ada dalam keadaan’ bukan suatu hasil, bukan hasil dari pendidikan, bukan hasil dari disiplin, bukan hasil dari pengkondisian.
Kalian tak bisa mentransformasikan kegaduhan kedalam keheningan; keheningan hanya bisa terjadi manakala kegaduhan sirna. Hasil adalah suatu proses waktu, suatu akhir yang telah ditentukan sebelumnya melalui cara-cara tertentu; akan tetapi melalui suatu proses, melalui waktu, tidak ada Yang Tanpa-waktu.
Mawas-diri dan meditasi benar akan mengungkap [bagaimana berlangsungnya] proses ‘menjadi’ itu. Meditasi bukanlah kultivasi dari ‘yang menjadi’, melainkan sirnanya sang meditator atau ‘yang menjadi’ itu sendiri melalui hadirnya pemahaman-diri.
~ J. Krishnamurti.
__________________
Diterjemahkan dari cuplikan: OJAI, 10TH PUBLIC TALK, 1945. Sumber : BeCeKa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar