- welcome -

Minggu, 20 Februari 2011

TUHAN ?

Sejak zaman Yunani Kuno, peradaban umat manusia telah mulai menemukan identitasnya. Proyek pencarian akan eksistensi Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perbincangan sehari-hari para ahli filsafat di negeri para dewa itu. Pada awalnya orang Yunani Kuno secara mitodologi mengenal banyak dewa yang diyakini sebagai Tuhan yang mengatur alam semesta. Namun, bersamaan dengan semakin berkembangnya alam berpikir orang Yunani Kuno, mitos-mitos para dewa yang menjadi sebuah doktrin warisan turun temurun, mulai runtuh dan tergantikan oleh doktrin yang lebih rasional-empiris. Doktrin inilah yang diusung oleh para ahli filsafat di Yunani.

Salah satunya adalah Plato, seorang filsuf dari Athena di zaman Yunani Kuno, mulai mengenalkan alam berpikir baru tentang realitas kebenaran abadi. Bagi Plato, di alam semesta ini terdapat sesuatu yang kekal dan abadi. Apakah para dewa di yunani memiliki kekekalan dan keabadian sebagaimana yang dimaksud oleh Plato?. Untuk menjawab pertanyaan ini, Plato juga tidak dapat menggambarkan secara spesifik. Namun, ketika ia mulai mengalihkan perbincangan terkait dengan para dewa dengan menyebut entitas baru, yakni Tuhan. Ia menggambarkan sosok Tuhan sebagai sosok yang niscaya tetap memiliki kekuatan untuk melakukan segala sesuatu. Dengan keadaan niscaya, Tuhan tidak dapat berbuat apapun selain dari yang ia lakukan.

Semua agama meyakini bahwa Tuhan adalah Maha Pengasih, Maha Besar dan Maha Segalanya sehingga Umat Agama Apapun memujanya, Namun Kata Tuhan juga begitu bnyak memakan korban nyawa maupun materi. Atas nama Tuhan manusia berhak membunuh manusia lain, Atas nama Tuhan Manusia melakukan panghakiman atas yang lain disatu sisi Tuhan Begitu kasih namun tekadang Tuhan juga tampil dengan beringas. Mereka seakan tak pernah lelah untuk membela "Tuhan mereka masing-masing".

Wikipedia menjelaskan, Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.

Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Sedang Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati". "Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan Tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D mendefinisikan Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid).

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa. Penganut monotheisme biasanya menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia, tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut "Sang Dewata Mulia Raya". Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari istilah lokal Nusantara, sama seperti Jubata/Juata/Jata yang dikenal orang Dayak yang berarti penguasa dunia bawah (Dewa air). Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politheisme.

Perbedaan Tuhan dengan Dewa hanya sekedar perbedaan terjemahan bahasa, meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan'.

Banyak filsuf dan tokoh spiritual berpendapat, baik dibarat maupun ditimur [Plotinus, Spinoza, Sri Rama Krishna Paramahamsa, Svami Vivekananda, Sarvepalli Radhakrishnan berpendapat Pantheime merupakan perkembangan yang lebih tinggi dari Monotheisme. sementara Filsuf lain seperti Thomas Jefferson, Thomas Paine, David Hume, Arthur schopenhauer, Arnold J. Toynbee mengatakan pandangan Monoteistik penuh resiko dan cemburu. sebaliknya Tuhan Pantheisme tak pernah memihak karena di setiap segala sesuatu ada Tuhan bersemayam disana. menyakiti manusia lain sama halnya menyakiti diri sendiri [termasuk menyakiti Tuhannya] tak ada ungkapan " Tuhanmu berbeda dengan Tuhanku", siapa yang menolak Tuhan adalah menolak dirinya sendiri.

Tuhan Dalam Upanisad adalah Brahman yang ada didalam dan diluar semua ciptaan [Pengetahuan tentang Brahman merupakan tema sentral dalam Upanisad. Hampir di seluruh Upanisad berhubungan dengan persoalan ini] dia diandaikan seperti panas api yang ada didalam segala sesuatu yang terbakar. dari sepotong kayu yang terbakar panas ada didalam dan juga ada diluar kayu.

"Taruhlah garam dalam air. Besok pagi datanglah padaku".
Svataketu melakukan apa yang diperintahkan ayahnya dan besoknya,
" Garam yang kau taruh kemarin sore dalam air, bawalah kemari [garamnya]"
Svataketu bingung garamnya sudah tak ada [larut], lebur kedalam air.

"Minumlah dari sisi bawah! bagaimana rasanya?"
"Asin ayah [terasa garam]".

"Coba minum dari sisi atas, bagaimana rasanya?"
" Juga asin"

[Chandogya Upanisad VI.13.1-3]

tat tvam asi [engkau adalah itu], aham brahma asmi [saya adalah Brahman], brahma atma aikyam [kesatuan Brahma dan Atma merupakan ajaran Vedanta yang pokok], sarvarn khalu idam brahma [semuanya ini sesungguhnya adalah Brahman], esa ma atma antar hrdaye [Brahman adalah atman dalam diri kita].

Tuhan adalah "Satyam Sivam Sundaram" kebenaran, kebaikan dan keindahan yang ada dalam setiap ciptaan-NYA. sehingga lahir konsep "Tat Tvam asi", So Ham, aku adalah Tuhan, Aku dan kamu sama...ungkapan ini bukanlah kesombongan tetapi kesadaran akan diri sejati yang sesungguhnya "manunggal" kita tercipa dari "bahan" yang satu, dengan cinta yang satu,. Kejahatan adalah kegelapan bathin [kebodohan] bukan dosa bawaan.

-------Perlu bantuan menemukan Tuhan?---------

Seseorang yang tampak sibuk mencari Tuhan pada suatu ketika menemui Guru dan meminta: “Banyak orang mengatakan kalau Tuan sudah cerah. Sudah bertemu langsung dengan Tuhan. Bisakah Tuan membantu saya menemukan-Nya?”

“Kecuali ia mengalami amnesia yang sedemikian parahnya, apakah seseorang perlu dibantu untuk menemukan dirinya sendiri?”, sahut Guru.

Belakangan, kepada para siswanya, beliau berkata: “Kita semua adalah bagian dari Jiva Agung nan Utuh Itu. Manakala kalian telah merasakan langsung makna sejati dari agama, kalian akan menyadari kalau Dia adalah Diri-Jati Sendiri ... Beliau mengejawantah selaras, melingkupi sekaligus menyusupi dan tiada terpisahkan dari semua makhluk dan semesta”.[Note BeCeKa ]

-------HATI-HATI DENGAN SATU TUHAN----------

Apakah Tuhan ada? Apakah Ia atau siapakah Ia? tak ada jawaban yang pasti, mungkin Tuhan akan menjawab "AKU adalah AKU" atau "AKU adalah apa yang kau lakukan" tapi entahlah...

"AKU akan menjadi apa AKU jadinya" Karen amstrong berusaha menjelaskan apa itu Tuhan.

Tuhan adalah penguasa langit dan bumi, ...dst. apapun pendapat itu hanyalah sebuah konsep untuk sesuatu yang tak terjelaskan [Indefinite], mengimani satu tuhan tetapi SATU yang bagaimana...?

Seorang Yogi Svamiji Rama Tirtha mengatakan Tuhan yang terdifinisi adalah Tuhan yang "terpenjara", Difinisi tertentu akan membekukan proses. Kitab Upanisad menjelaskan bahwa Tuhan tak dapat dijelaskan, tak dapat diucapkan, apalagi dilihat seperti layaknya melihat Bakteri". oleh karena inilah makanya tak ada penghakiman atas satu keyakinan apapun tentang Tuhan. di Hindu dikenal begitu banyak konsep Tuhan dan semua bisa diterima. Patanjali mengatakan " Satu objek yang tampak oleh mata akan memberikan pemahaman yang berbeda-beda dari sudut penilaian dan orang yang berbeda-beda.

Tetapi bukan berarti manusia tak boleh berkonsep, berekspresi tentang Tuhan yang ia yakini, Tuhan bisa terdifinisi sejauh yang dapat tertangkap oleh pikiran manusia. Satapata Brahmana dan juga Upanisad, Brahman [ Tuhan] adalah sumber dari kekuasaan, kekuatan, dan karena itu prinsip impersonal, tertinggi, dibalik asa mula semesta dan para Dewa. Tuhan adalah saripati, Diri [Atman], dari seluruh ada [mahluk]. Atman dan Brahman adalah satu, dan pengetahuan tentang Brahman adalah tujuan tertinggi dari hidup manusia karena ia menawarkan pembebasan [moksa] dari lingkaran terus menerus, penderitaan dan kelahiran kembali. Zimmer mengatakan Brahman adalah yang denganNya kita hidup dan bertindak, sifat, spontanitas mendasar kita.

PLOTINUS

Plotinus mengungkapkan Trinitas suci : Yang satu, Spirit [Nous], dan Jiwa [Soul] yang ketiganya tak sederajat. pengertian "yang satu" sebagai sesuatu yang baik [the Good] atau Sivam [Hinduisme]; Ia mengatasi ADA [Being]. Tuhan.

Nous mungkin disamakan dengan "Benak" Mind. atau mungkin juga "Spirit" namun juga sebagai citra "yang satu"; dan dilahirkan dari " yang satu" tanpa difinisi lain.

Bagi plotinus Pribadi yang ketiga [terendah] adalah Jiwa [Soul] namun ia tetaplah bagian dari " yang satu" yang menciptakan segala sesuatu.

SPINOZA "Etics"

Hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. disamping Tuhan tak ada yang lain karena IA mutlak. Namun begitu Tuhan adalah Sebab pertama, Efisien dan Imanendan bukan transitif, dari segala hal. Cara-cara Tuhan menunjukan eksistensinya melahirkan Sifat- sifat Tuhan yang tak terbilang jumlahnya... "Deus Sive Natura" Tuhan adalah [atau] alam...

DESCARTES

Mengakui ada Tiga hal yaitu Tuhan, Pikiran dan Materi. Tuhan yang tertinggi yang melahirkan Pikiran dan Materi senada dengan Spinoza Pikiran dan materi adalah Sifat Tuhan yang bergama bentuknya.

------

....Kerajaan tuhan tidak datang lewat cermatnya sebuah pengamatan, tidak berdasakan kata-kata orang "disini /disana"Kerajaan Tuhan ada didalam kamu"...

..Kemanakah aku akan pergi dari jiwaMu? atau kemana aku dapat berlari dari keberadaanMU? Bila aku naik kesorga Engkau ada sana dan bila aku membuat tempat tidurku di ke Sheol [neraka] Enkau juga ada disana!

---- PUISI -PUISI RUMI ---

Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat dalam persemayaman hatinya. Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah ia menggosok hati tersebut. Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap, maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat semakin nyata baginya.

..............................

Tuhan berada dimana mana. Ia juga hadir dalam tiap gerak. Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu. Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang. Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang.

.........................

Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput; Aku telah alami tujuh ratus dan tujuh puluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap berbulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat –
[menjadi] Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.

[diambil dari puisi : Jalaluddin Rumi]



ri berbagai sumber.

Tidak ada komentar: