- welcome -

Minggu, 12 Juni 2011

Setan dan Malaikat dalam Pikiran.

Keluar dari kabut Kemarahan/kebencian. mungkinkah? Kebencian atau cinta lahir dan tumbuh di level kesadaran tertentu. mungkinkah bisa dihilangkan sama sekali? .....atau adakah yg mampu membimbing kita untuk keluar dari semua itu?
" Setan adalah emosi negatif dalam diri, seperti marah, benci, dendam, dan keinginan membunuh. Sedangkan, malaikat adalah emosi positif, yakni sukacita, gembira, damai, ketenangan, dan rendah hati."

Mengapa membagi masalah menjadi besar dan kecil? Bukankah semuanya masalah? Mengapa membuatnya menjadi masalah kecil dan masalah besar, masalah penting dan masalah tidak penting? Jika kita dapat memahami satu masalah, menyelaminya sangat dalam betapa pun remeh atau penting, maka kita akan menguraikan semua masalah. Ini bukan jawaban retoris.


menyelami kemarahan dengan sangat dalam, bukan sekadar mengesampingkannya, lalu apa yang terlibat di situ? Mengapa kita marah? Karena kita tersinggung, ada orang mengatakan sesuatu yang mencela; dan bila ada orang yang mengatakan sesuatu yang memuji, Anda bersenang hati. Mengapa Anda tersinggung? Rasa penting-diri, bukan? Dan mengapa ada rasa penting-diri?

Oleh karena kita punya suatu gagasan, suatu simbol tentang diri kita, suatu imaji tentang diri kita, bagaimana kita seharusnya tampil, apa diri kita dan apa seharusnya tidak kita lakukan. Mengapa kita menciptakan suatu imaji tentang diri kita? Oleh karena kita tidak pernah mempelajari apa diri kita, secara aktual. Kita mengira kita harus begini atau begitu, menjadi idaman, pahlawan, teladan. Yang menimbulkan marah ialah karena idaman kita, gagasan yang kita miliki tentang diri kita, diserang orang. Dan gagasan kita tentang diri kita adalah pelarian kita dari fakta apa adanya diri kita. Tetapi bila Anda mengamati fakta aktual apa adanya diri Anda, tidak ada orang yang bisa membuat Anda tersinggung. Maka, jika kita seorang pembohong dan ada orang berkata kita pembohong, tidak berarti kita tersinggung; itu fakta. Tetapi jika Anda berpura-pura bukan pembohong dan orang berkata Anda pembohong, maka Anda menjadi marah, melawan. Jadi, kita selalu hidup di dunia gagasan, dunia mitos, dan tidak pernah di dunia aktualitas. Untuk mengamati apa adanya, melihatnya, mengakrabinya secara aktual, tidak boleh ada penghakiman, penilaian, opini, ketakutan.

Marah bisa muncul dari sebab fisik maupun sebab psikologis. Jika Anda beranggapan bahwa kepercayaan, konsep-konsep, dan opini-opini Anda mahapenting, maka Anda tentu akan bereaksi keras bila hal-hal itu dipertanyakan orang. Alih-alih melekat pada kepercayaan dan opini, jika Anda mulai mempertanyakan apakah hal-hal itu penting bagi kita untuk memahami hidup, maka dengan memahami sebab-sebabnya marah akan berakhir. Dengan demikian kita mulai melarutkan perlawanan kita, yang menimbulkan konflik dan kesakitan. Lagi-lagi ini membutuhkan kesungguhan. Kita terbiasa mengendalikan diri demi alasan sosial atau keagamaan atau demi kenyamanan, tetapi untuk membongkar marah sampai ke akarnya dibutuhkan keadaan-sadar mendalam.......Anda berkata, Anda marah ketika mendengar suatu ketidakadilan. Apakah itu karena Anda mencintai kemanusiaan, karena Anda penuh welas asih? Apakah welas asih dan marah bisa berada bersama-sama? Bisakah ada keadilan bila ada marah dan benci? Anda mungkin marah terhadap pikiran tentang ketidakadilan, kekejaman secara umum, tetapi kemarahan Anda tidak mengubah ketidakadilan atau kekejaman itu; kemarahan Anda hanya bisa merugikan. Untuk menghasilkan ketertiban, Anda sendiri harus berpikir panjang, penuh welas asih. Tindakan yang lahir dari kebencian hanya akan bisa menciptakan kebencian lebih lanjut. Tidak mungkin ada kelurusan bila ada marah. Kelurusan dan marah tidak bisa berada bersama-sama.


Cinta tak melahirkan kepedihan, karena kepedihan tak dikenal dalam cinta kasih. tanpa [rasa] kepemilikan









[Buku Kehidupn Krishnamurti]


Tidak ada komentar: