- welcome -

Jumat, 18 Maret 2011

KONSENTRASI, KONTEMPLASI dan MEDITASI

Ibarat seorang Pemulung, saya menelusuri lorong panjang pengalaman bathin pada setiap orang, selain "memulung" saya juga adalah "pencuri" apa yang mereka miliki. inikah yang mewakili suara bathin saya ? Entahlah... saya hanya merangkainya kembali seperti menyusun "Puzzle" nyambung atau tidaknya silahkan pembaca sendiri yang menilai... dan saya tidak layak memberikan persepsi apapun, tidak menyalahkan, tidak membenarkan, tetapi saya menyukainya. Saya bukanlah Sri Krishna melainkan hanya Arjuna dimedan perang Kuruksetra, yang masih sering dihampiri keraguan ataupun ketakutan terhadap sesuatu yang tampak oleh mata saya.

******

KONSENTRASI merupakan hal yang sangat penting. Apapun aktifitas kita akan kacau jika tanpa Konsentrasi. Konsentrasi kita akan terganggu jika kita mengalami gangguan emosi dan kesehatan Phisik kita terganggu. Konsentrasi merupakan Pemusatan perhatian secara mendalam terhadap sesuatu [fokus] terhadap suatu hal.

"Ketika pikiran yang terkendali oleh "upaya-upaya" konsentrasi menjadi stabil, sewaktu seseorang melihat (sadar akan) Dirinya oleh dirinya dan merasa bahagia dengan Dirinya.


Dalam berkonsentrasi, objek adalah hal yang penting, dibarengi dengan kondisi pikiran yang baik kita lebih sering "mengamati"meneliti dan menyelidik secara seksama.

Sedangkan, menyimak [J. Krishnamurti ] haruslah ada keheningan di dalam, kebebasan dari ketegangan untuk memperoleh sesuatu, suatu perhatian yang rileks. Keadaan yang waspada tapi pasif ini mampu mendengar apa yang berada di luar kesimpulan kata-kata. Kata-kata membingungkan; itu hanya cara berkomunikasi lahiriah; tetapi untuk menghayati di luar kebisingan kata-kata haruslah ada sikap pasif tapi waspada di dalam menyimak. Mereka yang mencinta dapat menyimak; tetapi amat jarang orang menemukan seorang penyimak. Kebanyakan dari kita selalu mengejar hasil, menggapai cita-cita; kita selamanya mengatasi dan menaklukkan, dan dengan demikian tidak menyimak. Hanya di dalam menyimak kita mendengar nyanyian kata-kata.


sementara dalam KBBI dijelaskan bahwa KONTEMPLASI merupakan suatu proses Perenungan secara bulat dan penuh atas suatu hal. Banyak pihak berkata bahwa Kontemplasi sangat dekat [bahkan sama] dengan meditasi. Kontemplasi [ Templum, Bahasa latin] juga bermakna sebuah ruangan suci (Temple), dimana kita menutup bathin kita dari pengaruh luar dan selanjutnya mulailah memandang kedalam diri kita. Dalam MEDITASI terdapat kesadaran jiwa, Menyadari diri, dalam kondisi tenang dan damai. Dalam kondisi seperti ini otak kita akan menghasilkan gelombang gamma yang berasal dari kebahagiaan.

Dalam Philsafat Samkhya, dijelaskan tentang dualitas Purusha (Ilahi) dan Prakerti (Materi). Pertemuan keduanya akan melahirkan Kesadaran Buddhi (Mahat). dimana dalam kondisi ini (Mahat) yang ada hanyalah kesadaran atman "Moralitas" murni. Namun dalam perkembangannya Persatuan Materi dan unsur Ilahi juga akan melahirkan "Satvam, Rajas, Tamas" Kebijaksanaan, Agresifitas dan Kemalasan.

Pengaruh Tri Guna tersebut mengakibatkan munculnya "perbedaan" identifikasi diri "AKU" / Ego. "AKU" dan "MILIKU" inilah awal kegelapan Bathin kita. Manusia telah memasuki tubuh materi dan pengaruh lima hal seperti ; Suara/pendengaran, Bau/penciuman, Rupa/bentuk, Rasa/kecap, Raba/Sentuh.

Sementara PIKIRAN ( Manas) " Antahkarana" menghasilkan keinginan-keinginan, Nafsu-nafsu. Pikiran adalah kawan sekaligus lawan terbesar kita dan Seseorang yang mengerjakan kewajiban yang harus dilakukannya, tetapi tanpa menuntut keuntungan, tanpa pamrih, maka orang itu adalah seorang sanyasi dan seorang yogi Demikian Bhagavad gita menjelaskan. diri yang rendah adalah tatkala indra-indra dan pikiran kita mebelenggu kita sementara Seseorang yang berhasil menaklukkan semua ini telah mencapai tahap kesadaran-diri.Pikiran sangat berhubungan dengan pemahaman-pemahaman (Cognitive) dan tindakan (Motorik) kita. Tindakan-tindakan yang aktif dan berorientasi terhadap hasil adalah Gambaran bagaimana kita dikuasai oleh Rajasik (Aktif, Agresif, Ambisius) sementara Godaan materi (Buthas) yang mengakibatkan kelambanan/Malas merupakan pengaruh dari sisi Tamasik.

Tugas utama kita adalah menyadari bahwa ada pikiran dan perasaan yang selalu membayangi kita kemanapun. Ego atau sang Aku lah yang menjauhkan kita dari kesujatian. Dalam Meditasi (Dhyana) kita tidak memiliki tujuan apapun (tidak untuk menjadi sakti atau kebal), hanya melihat saja dengan apa adanya. mengamati diri sendiri dengan lebih objektif. bahkan kita tak perlu berkeinginan untuk membunuh segala "keliaran" Pikiran dan perasaan.

"Pikiran harus tenang dan lepas dari nafsu, ego, dan keserakahan. Bermeditasi sebenarnya berarti masuk ke dalam keheningan diri kita sendiri."

"Sewaktu pikiran yang penuh disiplin dipusatkan pada Jati DiriNya (Sang Atman) sendiri (dan tidak pada hal-hal yang lainnya), bebas dari semua nafsu, maka disebutlah orang ini harmonis dalam yoganya".

"Seperti pelita yang terletak di suatu tempat yang tak berangin, tidak berkedip, begitulah juga seorang yogi yang telah mengendalikan pikirannya, bersatu dengan Sang Atman, Sang Jati Dirinya Sendiri."

... ia menemukan kebahagiaan Nan Agung (tak ada taranya)—-kebahagiaan yang dapat terjangkau oleh buddhi (intelektual) tetapi jauh dari indra-indra sekali tercapai tahap ini, maka seseorang tak akan pergi jauh dari kebenaran ini.

dan...

setelah mendapatkan sesuatu yang begitu besar labanya itu, ia berpikir tak ada hal-hal lain yang lebih menguntungkan dari hal tersebut, dan sekali ia merasa mantap, ia tak tergoyahkan oleh kepedihan yang amat sangat sekalipun."


*********

Dari sekian banyak orang yang membaca tulisan atau buku-buku J.Krishnamurti, sangatlah banyak yang tidak dapat memahami, mengerti makna apa yang terkandung dalam buku-buku itu. Apa yang disampaikan oleh J.Krishnamurti adalah hal yang amat sangat bersahaja yaitu Vedanta (berahirnya veda-veda, berakhirnya kata-kata, berakhirnya pikiran); Lontar Tanpetulis (Lontar kosong, Sunia/sunyi, Hening); Acintya (Yang tak Terpikirkan, Dimensi diluar Pikiran); Mokshatam (Kebebasan Batin dari Pikiran); dan yang lain-lain, yang kesemuanya adalah hal diluar konsep, diluar metode, diluar simbol-simbol, diluar label, diluar kata-kata, diluar pikiran. Dan hal ini menjadi sulit dipahami, karena kita pada umumnya menginginkan hal yang sebaliknya; yaitu suatu metode agar dapat kita latih; suatu pola untuk kita jadikan acuan dalam bertindak; suatu konsep agar dapat kita rumuskan; suatu simbol agar ada sesuatu yang kita puja; suatu label agar ada satu pegangan untuk dibanggakan; suatu kata-kata agar ada yang dipikirkan dan kita diperdebatkan. [Bapak Wayan Windra].



Tidak ada komentar: