Sementara kita hidup dalam budaya-kekerasan, fundamentalisme dan fanatisme relijius, cukup relevan untuk mengingat kembali kata-kata Mahatma Gandhi:
“Agama saya tak punya batas-batas geografis. Agama saya berdasarkan kesujatian dan tanpa-kekerasan. Agama saya melarang saya membenci siapapun. Agama bukan untuk memisah-misahkan orang-orang, melainkan untuk menyatukan mereka.”
Itulah agama dari Sang Mahatma, Agama Sejati yang adalah Cinta-kasih dan Toleransi.

Yang lemah tidak pernah bisa memaafkan. Memaafkan adalah atribut yang kuat.Kamu dapat merantaiku, kamu dapat menyiksaku, bahkan kamu dapat menghancurkan tubuh ini, tetapi kamu tidak akan dapat memenjarakan pikiranku.
Demikianlah halnya sang Jiwa yang Agung, bagaikan segumpal garang yang dilempar air ia akan menjadi lebur didalam air menjadi satu. dibagian manapun air diambil, didalamnya akan ditemukan kandungan garam.
Upanisad : Dia sesungguhnya adalah Tuhan yang menysupi segala apa yang ada yang pertama tak ada satu objek pun yang luput dari keberadaanNYA itulah Tuhan jiwa dari segala mahluk sebagai saksi atas segalanya (maha mengetahui-maha melihat) ... “ Bagaikan cahaya matahari yang menyinari segala sesuatu begitulah Tuhan begitu agung menerangi segala sesuatu, penuh kemuliaan, terpuji dan penuh keiklasan”.
Upanisad : Dia sesungguhnya adalah Tuhan yang menysupi segala apa yang ada yang pertama tak ada satu objek pun yang luput dari keberadaanNYA itulah Tuhan jiwa dari segala mahluk sebagai saksi atas segalanya (maha mengetahui-maha melihat) ... “ Bagaikan cahaya matahari yang menyinari segala sesuatu begitulah Tuhan begitu agung menerangi segala sesuatu, penuh kemuliaan, terpuji dan penuh keiklasan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar