- welcome -

Minggu, 12 Juni 2011

ETIKA (BHAGAVAD-GITA)


Gita adalah ekspresi tertinggi dari Filsafat Hindu. Gita mengajarkan bagaimana gambaran-gambaran tingkah laku manusia pada kita, kisah peperangan antara Pandawa dan Korawa [kebaikan dengan kejahatan]. Arjuna adalah pahlawan Pandawa yang menghadapi tentara Korawa di medan perang dari Kuruksetra. Lawan Arjuna bukanlah musuh yang ia tidak kenal melainkan teman-teman dan kerabatnya sendiri.

Arjuna dihinggapi keputus-asaan dan keraguan.
Dia meletakkan busur dan menyatakan bahwa ia tidak akan mampu melawan apalagi harus membunuh saudara-saudaranya yang jahat.

Dewa Wisnu [Manifestasi Tuhan], menjelma menjadi kusir "Krishna", menjelaskan bahwa Arjuna harus melakukan tugas dan kewajibannya (Dharma) tanpa ragu dan harus melakukan pertempuran.
Jiwa manusia, yang merupakan bagian dari jiwa universal, adalah abadi - oleh karena itu tidak ada yang benar-benar terbunuh. Jika orang melakukan tugas-tugas sesuai dengan Swadharmanya, tanpa mementingkan keinginan akan keberhasilan atau ketakutan akan kegagalan.

Epik Mahabaratha memberikan filosofi mendasar akan pilihan-pilhan hidup yang sulit dan pengambilan keputusan. Inti dari karma yoga adalah pengorbanan diri melalui tindakan nyata. segala tindakan [karma] dilakukan sebagai perwujudan bhakti kepada Tuhan dan ini membentuk dasar Karma yoga.

Bhagavad-Gita mengajarkan sebab-akibat dan efek dari karma dan bagaimana menjalaninya.
Hal ini juga mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkan dia untuk membuat pilihan cerdas, yang pada gilirannya dapat mengubah buah karmanya. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mengurangi karma buruk yang mungkin akan mempengaruhi kehidupannya dalam perjalanan sang jiwa selanjutnya. Tetapi, sekali lagi tak dibenarkan untuk mengikat diri kita kepada Tujuan pribadi, [keuntungan pribadi]. Berbuat kebenaran dan kebajikan tidak untuk mendapatkan pahala [hasil] melainkan hanya untuk kebaikan itu sendiri. manusia tak berhak menentukan Pahala [hasil] perbuatannya.

Sejatinya manusia adalah mahluk kebaikan [spiritual] dan sudah selayaknya hidup dalam kebaikan pula. Makna yajna adalah melayani, berkorban tanpa pamrih. memberi hanya untuk memberi saja bukan mengharapkan swarga [Pahala baik, suka] atau mencegah Neraka [Pahala buruk, Duka].

Tuhan adalah sumber cahaya kesucian bagaikan Matahari tanpa pilih kasih, tanpa keraguan, tanpa kecemburuan. kita sering berbicara tentang kesadaran, pencerahan, hening, kejernihan atau apapun istilahnya. semuanya bermakna "Terang" [Tuhan]. Dalam terang akan mudah melihat apapun, dalam kejernihan tanpa debu setitikpun, Dalam hening pendengaran bekerja lebih baik [lebih banyak memperolah sesuatu]. semua itu adalah pengetahuan Kebijaksanaan.



Etika dan Perilaku

Elaborasi kehidupan sosial ditemukan dalam Mahabharata. Ada empat tujuan besar kehidupan manusia (catur purushartha), yaitu dharma atau kebenaran, artha atau kekayaan, atau kenikmatan kama dan moksha atau pembebasan spiritual/Pencerahan, empat tahapan kehidupan, Belajar [mencari pengetahuan] atau brahmacharya, rumah tangga atau grahasthya, hutan-penghuni atau vanaprastha dan pertapa pengembara atau sanyasa: dan empat profesi [catur varna] : Penekun Ketuhanan [Brahmana], prajurit [ksatria], pedagang, ekonom, pengusaha, pemilik modal [Waisya] dan Pekerja, karyawan, petani, gembala/peternak, nelayan atau Shudra.

Manuva-Shastra (kitab Manu) memberikan rincian aturan sosial dan prakteknya. Kautilya Artha-Shastra membahas ekonomi dan politik. Ada ungkapan Etos kerja [bisnis] 'Anda bisnis dengan perbuatan, tindakan, usaha [proses] dan bukan dengan hasilnya.

Awal kebaikan dan toleransi adalah untuk semua hubungan kemanusiaan, kehidupan bersama dengan non-kekerasan [ahimsa] memberikan pengaruh yang nyata pada kehidupan manusia. Keinginan untuk kesejahteraan semua makhluk dan kebajikan dalam bentuk "Dharma Dana" untuk ekonomi kecil/lemah. Tugas juga disesuaikan dengan usia dan kompetensi orang "the right man on the right place".

Seorang disarankan untuk bersikap stabil dan mengelola semua emosi [afeksi] yang dapat menyebabkan keberadaan berdosa / kegelapan bathin. Dengan demikian, sangat diharapkan untuk mengendalikan emosi seperti Kama (nafsu), Krodha (kemarahan), Mada (ego, kebanggaan) dan Matsara (kecemburuan).

Ada sembilan hal yang mendasar bahwa seorang penganut Veda harus menyadari dan mengikuti. disiplin pribadi, melakukan yang baik, pencarian-diri dan meditasi adalah penting. aalah sebagai berikut :
  1. Kepercayaan dalam keilahian Veda.
  2. Yang Mahatinggi adalah imanen dan transenden, pencipta yang mengilhami segala sesuatu baik secara Sekala dan Niskala.
  3. Alam semesta ini adalah siklus tanpa akhir penciptaan, pelestarian dan perubahan [upti-stiti-pralina].
  4. Setiap individu menciptakan takdirnya sendiri, yang terdiri dari pikiran, kata-kata dan perbuatan [Tri Kaya Parisudha]. Inilah hukum sebab-akibat "Karmaphala".
  5. Setiap jiwa berevolusi melalui serangkaian kelahiran dan kematian (janma dan punar-janma) sampai semua karma telah diselesaikan. Siklus kelahiran banyak (samsara) adalah kesempatan untuk melepaskan pengaruh karma dalam rangka mencapai pembebasan (moksha) membentuk siklus yang kekal. Tidak satupun jiwa luput dari semua proses itu.
  6. Kepercayaan pada adanya makhluk ilahi dalam dunia yang tak terlihat "Niskala". Pura/Kuil, upacara / ritual, sakramen-sakramen serta apapun bentuk ibadahnya merupakan bentuk penghargaan, pernghormatan, pengakuan atas semua keberadaan itu.
  7. Kehadiran seorang Guru, Rohaniawan, Svami, Pandita, Mpu adalah penting untuk menunjukan jalan yang benar untuk mengetahui Realitas yang Absolut.
  8. Semua bentuk kehidupan suci adalah untuk dicintai dan dihormati. Semua harus mengikuti praktek 'tanpa kekerasan' ahimsa.
  9. Tidak ada satu agama/Jalan tertentu mengajarkan 'Hanya satu jalan/alternatif' untuk keselamatan. Semua jalan keagamaan yang tulus memancarkan Cahaya dan Kasih, toleransi, pernghargaan dan saling memahami.

Tidak ada komentar: