- welcome -

Kamis, 24 Februari 2011

Takut Gelap!

Suatu malam seorang ayah dan putranya duduk di sebuah ruangan gelap.
Sang putra bertanya kepada ayahnya, “Yah....aku takut gelap. Bagaimana kita mengusirnya Yah..?”

“Nyalakalah lilinnya nak...”, sahut sang ayah.
Si putra itupun menyalakan lilin, dan berseru: “Wow...sekarang si gelap sudah pergi, bukankah begitu Yah...?”

“Benar putraku,” sahut ayahnya.
Tapi tak lama berselang, si anak meniup lilin itu.
“Oh, gelap lagi Yah....Aku takut.”

“Nyalakan lagi lilinnya nak...”, suruh ayahnya, yang segera dituruti oleh si anak.
“Ah...sekarang kegelapan sudah hilang”.

Begitulah, si anak bermain sulut-tiup-sulut-tiup untuk beberapa lama.
Setelah membiarkannya bermain beberapa lama, sang ayahpun berkata: “Putraku, selama masih ada kegelapan, engkau harus tetap menyalakan lilin. Bila engkau tiup, kegelapan akan menyelimuti lagi. Akan tetapi, manakala matahari telah bersinar nanti, engkau tak membutuhkannya lagi. Engkau sudah bisa menikmati cahaya sepanjang hari, dari cahaya yang paling benderang di tata-surya ini.”*)

Begitulah, persoalan yang masih perlu dihadapi hanyalah, bagaimana menjaga nyala kesadaran yang baru disulut itu agar tidak padam lagi, mengingat kuatnya “hembusan angin”, atau bahkan “topan-badai”, bagi sementara orang.

Untuk beberapa lama, mungkin mereka yang baru dinyalakan kesadarannya butuh dampingan seorang “pelindung”, yang juga merangkap sebagai penuntun untuk mengembangkan ketahanan-kesadarannya. Dan segera setelah mereka bisa menjaganya sendiri, melindungi dirinya sendiri, semua itu tak diperlukan lagi. Walau masih tertatih-tatih ... mereka sudah mulai bisa jalan sendiri.

oleh BeCeKa

Tidak ada komentar: