Wahai anak-anakku laki-perempuan semua,
Karena kamu telah diberikan berbagai upacara samskara widhi,
Sekarang ada pesanku untukmu;
Janganlah tidak bhakti kepada ayah ibumu,
Jangan lupa kepada kawitanmu
Dan janganlah kamu meninggalkan agamamu,
Karena jika engkau melupakannya,
Pastilah kamu akan banyak mengahadapi masalah,
Dan tidak akan henti-hentinya dirundung derita nestapa,
Tapi jika kamu selalu ingat,
Pastilah kamu akan mendapat ketentraman dan kemakmuran,
Tidak kekurangan sumber penghidupan,
Senantiasa rahayu dan panjang umur
Om Hyang Widhi semoga ucapanku mandi/berhasil
[Lontar Sasananing Sang Mapikuren-diambil dari : album Goes De.]
Salam Rahayu

ketika ada "rasa" yang keluar dalam tatap matanya...
serasa seisi alam menampilkan senyum...
pertemuan seperti inilah yang sesungguhnya diberkati...
diikrarkan melalui tali suci perkawinan
dengan doa-doa pendeta...
mempertemukan kama bang dan kama petak
dari keduanya akan terlahir
manusia-manusia sejati
betapa kebaikan akan slalu
mendekati mereka..
Agar terwujud keluarga yang bahagia, Manawa Dharmasastra Buku ke-3 (Tritiyo dhyayah) mengatur sejak cara melaksanakan pawiwahan sampai cara membina keluarga bahagia.
Beberapa sloka yang penting antara lain :
21 : Brahmo daivastathaivarsah, prayapatyastathasurah, gandharva raksasascaiva, paisacasca astamo dharmah (delapan cara pawiwahan adalah : brahma, daiwa, rsi, prajapati, asura, gandharwa, raksasa dan pisaca).
Dari delapan cara pawiwahan itu ada tiga cara yang dewasa ini sudah tidak sesuai karena melanggar hukum yaitu : asura, raksasa dan paisaca. Sedangkan diantara lima cara sisanya, yang paling populer adalah prajapatya yaitu pawiwahan atas dasar cinta sama cinta dan direstui kedua pihak orang tua. Selanjutnya cara gandharva di Bali sering terjadi, dimana pawiwahan didasari oleh sama-sama cinta tetapi tidak diketahui (mungkin tidak direstui) oleh salah satu pihak orang tua. Cara yang lain misalnya brahma, daiva, dan rsi kini kurang populer di masyarakat karena ada unsur campur tangan yang lebih kuat pada pihak orang tua sehingga terkesan sebagai diarahkan atau dipaksaan. Beberapa sloka yang perlu diketahui dalam melakukan hubungan sex antara suami - istri antara lain :
45 : Rtu kalabhigamisyat, swadaraniratah sada, parwawarjam wrajeccainam, tad wrato rati kamyaya (hendaknya suami menggauli istrinya dalam waktu-waktu tertentu dan selalu merasa puas dengan istrinya seorang; ia juga boleh dengan maksud menyenangkan hati istrinya mendekatinya untuk mengadakan hubungan sex pada hari apa saja kecuali hari parwani = purnama/tilem).
48 : Yugmasu putra jayante, striyo yugmasu ratrisu, tasmadyugmasu putrarthi, samvice dartave striyam (kalau menggauli istri pada hari-hari yang genap maka anak laki-lakilah yang lahir, sedangkan pada hari-hari yang ganjil anak perempuanlah yang lahir; karena suami yang menginginkan anak laki-laki hendaknya menggauli istrinya hanya dimasa yang baik pada hari-hari genap).
Yang dimaksud hari-hari genap adalah bilangan genap pada panglong dan penanggal. Panglong adalah hari-hari dari purnama ke tilem, sedangkan penanggal adalah hari-hari dari tilem ke purnama. Sehari setelah purnama, disebut "panglong ping pisan (1)" ini disebut hari ganjil sedangkan besoknya "panglong ping kalih (2)" disebut hari genap demikian seterusnya panglong ganjil dan genap silih berganti sampai panglong ping 14; panglong ping 15 adalah tilem, disarankan tidak mengadakanhubungan sex. Sehari setelah tilem (bulan gelap) disebut "penanggal ping pisan (1)" sebagai hari ganjil dan keesokan harinya disebut "penanggal ping kalih (2) sebagai hari genap, demikian seterusnya penanggal ganjil dan genap silih berganti sampai penanggal ping 14. Penanggal ping 15 adalah purnama, disarankan untuk tidak mengadakan hubungan sex. Dalam Kamasutra dijelaskan lebih rinci tentang cara-cara mengadakan hubungan sex. Hal penting yang dilarang adalah mengadakan hubungan sex dengan meniru cara-cara binatang, dan hubungan sex disaat istri sedang menstruasi. Hubungan sex juga dilarang disaat salah satu atau keduanya sedang mabuk, tidak sadarkan diri, takut, sedih, dan marah.
Peranan istri dalam keluarga sangat penting seperti yang dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra
III.56 : Yatra naryastu pujyante, ramante tatra devatah, yatraitastu na pujyante, sarwastatraphalah kriyah (dimana wanita dihormati disanalah pada dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala).
57 : Socanti jamayo yatra, vinasyatyacu tatkulam, na socanti tu yatraita, wardhate taddhi sarvada (dimana warga wanitanya hidup dalam kesedihan, keluarga itu cepat akan hancur, tetapi dimana wanita itu tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia).
60 : Samtusto bharyaya bharta, bhartra tathaiva ca, yaminneva kule nityam, kalyanam tatra vai dhruvam (pada keluarga dimana suami berbahagia dengan istrinya dan demikian pula sang istri terhadap suaminya, kebahagiaan pasti akan kekal).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar